Jumat, 31 Januari 2014

Pelangi Itu Tak Seindah Setahun Yang Lalu

31 Januari 2013 - 31 Januari 2014


Tulisan kali ini masih tenatang orang yang sangat aku banggakan dalam hidup ku. Seorang Bapak yang selalu menjadi motivator dalam kehidupan ku.

Sudah setahun Papa pergi meninggalkan ku dan keluarga.Yah. kalau bercerita tentang Papa mungkin tidak pernah habis-habisnya karna setiap kenangan menyimpan ribuan cerita yang tak pernah bisa aku lupakan begitu saja.

Kali ini aku bercerita detik-detik menjelang kepergian Papa hingga Papa meninggalkan kami untuk selama-lamanya.

Aku masih teringat pada hari itu Rabu, 30 Januari 2013. Hari dimana aku melihat senyuman papa untuk terakhir kalinya. Pagi sebelum aku berangkat magang ke PT. Semen Padang, aku, mama dan adikl ku berbincang-bincang dengan Papa sambil menyantap sarapan yang dibelikan Papa pada pagi itu. Seperti biasa Papa setipa paginya selalu memberi aku nasehat yang sangat membangun pada pagi itu dan tidak lupa pula candaan Papa yang bisa bikin kami tertawa sekeluarga. Wajah Papa yang selalu kelihatan cerah dan sangat menenangkan hati apabila dipandang. Senyuman Papa selalu memberi semangat buat menjalani hari-hari yang penuh dengan cobaan.

Entah kenapa pada waktu itu aku sengaja buat telat untuk berangkat magang hanya untuk berbincang-bincang lama dengan Papa. Pagi itu aku berangkat magang dan tidak lupa sebelum keluar rumah aku selalu mencium tangan mama dan papa untuk berpamitan pergi keluar rumah.

Kegiatan magang pun aku lalui dengan penuh semnagat walaw melelahkan hingga pulang agak larut sore pukul setengah 6 sore. Sampainya dirumah aku berburu dengan waktu untuk melaksanakan kewajiban yakninya Shalat Ashar dan setelah itu aku merebahkan sejenak badan ini dari sisa-sisa kelelahan yang telah aku jalani seharian penuh. Baru beberapa menit saja aku merbahkan badan ini dari kelelahan tiba-tiba ada orang yang manggil-manggil dari luar pagar sambil berteriak dan kata orang terebut, "Buk,,, Buk,,, Pak Haji pingsan dikolam".

Sontak dengan setengah kaget Aku dan Mama pun langsung keluar dan kaget mendengar berita tersebut. Aku langsung menghidupkan motor dan mama bonceng menuju Depot Air Minum Isi Ulang DAFI'S yang dikelola oleh Papa. Aku pun shock melihat Papa diangkat dari kolam keluar dan dinaikkan ke atas mobil dengan keadaan muntah-muntah tanpa sadar diri. Di perjalanan ke RS Akupun tak hentin-hentinya mengusapkan badan Papa dan minyak kayu putih dan muntah Papa berubah menjadi muntah darah yang dicampur dengan makanan yang diamakan Papa tadi siang. Di mobil Aku dibantu oleh Celok dan Bg Arie.

Sampailah kami di RS Tentara, dan Papa mendapatkan pertolongan pertama di sana. Karena ruangan di RST penuh maka  Papa pun di rujuk ke RS M.Djamil Padang. Sampai disana Papa pun juga mendapatkan pertolongan dan di ambil darah untuk men check keadaan papa pada waktu itu. Setelah memerlukan proses yang panjang Papa pun dirawat diruangan Bangsal Penyakit Syaraf.

Setelah memerlukan waktu yang panjang dalam men check kondisi Papa aku dan mama dipanggil dalam ruangan dokter dan dokter berkata pada kami "Buk, Nak,,, Kemungkinan Papa untuk semubuh itu sangatlah kecil. Pembuluh darah di otak Bapak itu pecah dan sudah menyebar sampai ke otak, Bapak mendapatkan penyakit Stroke Berat. Kalaupun sembuh Bapak gak akan bisa sembuh total dan membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh. Kami akan melakukan semaksimal mungkin, yang penting tetap berdo'a sama Tuhan".

Sontak mendengar kabar seperti itu Hati kamu pun terenyuh dan Aku menguatkan Mama agar selalu sabar atas apa yang telah dikasih Tuhan. Aku berkata dalam hati, "Aku harus kuat,, Aku tidak boleh menangis di depan Mama dan Adek ku, Aku yang harus menguatkan mereka". Aku pun berusaha untuk menguatkan hati ini dan Mama beserta adek.

Namun dibelakang mereka ternyata Aku memang tak sanggup lagi untuk membendung air mata ini. Untung ada Pak Men Syukur dan Faraz (keluarga kecil ku di BEM) pada waktu itu yang menguatkan aku. Aku menangis di depan mereka.

Malam itu pun aku yang jagain Papa bertiga sama Bg An dan Iref. Mama, Adek, Celok dan yang lainnya aku suruh tidur biar tidak kecapek an.

Aku yang jagain Papa dan mencheck keadaan Papa setiap saat, karna pada waktu itu Selain Papa tidak sadar, demam Papa tinggi dan Tensinya juga tinggi.

Pada saat Subuh datang, keadaan Papa bisa dibilang sudah agak membaik karna demam PApa juga sudah turun dan tensinya sudah mulai kembali normal. Dan setelah Shalat Subuh aku pun tenang karna kosndisi PApa yang sudah membaik dan gantian jagain dengan Mama dan yang lainnya. Aku dan Bg An pun tidur karna semalaman tidak tidur buat jagain Papa.

Hari Kamis, 31 Januari 2013 tepat pada pukul 06.10 WIB aku dibangunkan sama Mama karna kondisi Papa yang lagi memburuk dan dalam sedang dalam penanganan dokter. Tepat pada pukul 06.15 WIB Dokter menghampiri ku dan bilang Papa sudah gak ada dan pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya.

Dan jatuhlah Air mata orang-orang yang ada dalam ruangan tersebut karna disitu masih ada keluarga kami yang nginap di RS. Namun entah kenapa aku tidak menangis pada waktu itu. Aku mendengar kabar itu seolah-olah tidak percaya kalau Papa sekarang benar-benar sudah pergi. Tapi aku tidak bisa menangis pada waktu itu karna Aku sudah berjanji pada diri ku sendiri di depan mereka Aku tidak boleh nangis karna aku harus kuat di depan mereka. Aku menghampiri mama dan adek dan berkata, "Sudahlah Ma, Ini jalan Tuhan yang terbaik untuk Papa. PApa sudah tenag dan tersenyum. Cobalah Mmama lihat sendiri wajah Papa yang berseri dan Meninggal dalam keadaan tersenyum. Papa tu orang baik Ma dan Tuhan menempatkan Papa ditempat yang layak".

Papa pun dibawa pulang kerumah, orang-orang yang mendengar kabar tersebut seolah-olah tidak percaya bahwa Papa itu sudah meninggal. Dalam sekejap rumah kami pun ramai dan aku gak pernah menduga ternyata banyak yang merasa kehilangan Papa karna sekitar rumah kami sangat ramai orang pergi melayat pada waktu itu.

Namun dibalik itu semua ada kesedihan yang mendalam. Aku pun nangis dibelakang mereka, karenba kau sudah janji tidak akan menangis di depan Mama dan Adek. Namun dibelakang mereka Aku menangis dan tak bisa membendung air mata ini lagi.

Hingga sekarang setiap mengingat semua hal tentang Papa air mata ini tak kuasa ku bendung. Karna banyak hal yang telah aku  lalui bersama Papa.

Sekarang setahun sudah Papa meninggalkan kami.
Senyuman Papa tak pernah lekang oleh waktu, karan pada saat ajal menjemput pun Papa masih bisa tersenyum. Papa pun pergi dengan senyuman.



 
Dan ternyata Pelangi itu tak seindah setahun yang lalu, Pa.
 
*Setahun setelah kepergian Papa
#31 Januari 2013 - 31 Januari 2014